Mahasuci Allah yang selalu menutupi aib/kelemahan kita setiap saat. Seandainya Allah berkehendak memperlihatkannya maka hancurlah semua.Dimuliakan dan dihargai oranglain bukan karena tergolong hamba yang mulia. Orang lain menghargai ini semua karena Allah menampakkan yang baik dan menutupi kelemahan-kelemahan kita.
Sebaiknya selalu bersyukur atas karunia ini dan mempertahankannya sepanjang hidup. Tetapi kebanyakan kita lebih suka menghianatinya. Latihan penting yang sebaiknya selalu kita lakukan adalah dengan menaha diri ketika melihat kelemahan orang lain. Menahan diri untuk tidak berkomentar dan tidak menceritakannya kepada orang lain.
Terkadang kita merasa menjadi lebih mulia dengan cerita itu karena merasa diri kita lebih baik.Atau terkadang kita tertipu dengan menganggap bahwa kita bisa menjadi lebih mulia dengan menjatuhkan orang lain (naa'udzubillah).
Padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Ketika aib orang lain dibuka maka bersamaan dengan itu terbukalah aib-aib kita sendiri. Jika berkata kebaikan dengan penuh kejujuran, maka itulah diri kita. Bila menginginkan kemuliaan maka latihan yang perlu kita lakukan adalah berusaha memenutupi kelemahan orang lain. dan sebaiknya kita tidak mengubah sikap kepadanya.
Islam mengajarkan, jika menutupi kelemahan saudara kita, maka Allah akan menutupi kelemahan kita.
Ini latihan yang sangat penting dan sangat berat,tetapi bukan sesuatu yang mustahil untuk dicapai. Sikap ridho/penerimaan yang ikhlas atas kelemahan orang lain adalah satu kemuliaan. Rasulullah SAW yang mulia, dikelilingi orang para sahabat dengan segala kelebihan dan kelemahannya. Dengan penerimaan dan pembinaan yang sangat baik maka para sahabat menjadi orang-orang yang mulia. Mereka mulia di hadapan manusia karena terbukti menjadi pemimpin-pemimpin yang terpercaya. Dan juga punya kedudukan di hadapan Allah karena mereka adalah hamba-hamba yang taat.
Sebaiknya selalu bersyukur atas karunia ini dan mempertahankannya sepanjang hidup. Tetapi kebanyakan kita lebih suka menghianatinya. Latihan penting yang sebaiknya selalu kita lakukan adalah dengan menaha diri ketika melihat kelemahan orang lain. Menahan diri untuk tidak berkomentar dan tidak menceritakannya kepada orang lain.
Terkadang kita merasa menjadi lebih mulia dengan cerita itu karena merasa diri kita lebih baik.Atau terkadang kita tertipu dengan menganggap bahwa kita bisa menjadi lebih mulia dengan menjatuhkan orang lain (naa'udzubillah).
Padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Ketika aib orang lain dibuka maka bersamaan dengan itu terbukalah aib-aib kita sendiri. Jika berkata kebaikan dengan penuh kejujuran, maka itulah diri kita. Bila menginginkan kemuliaan maka latihan yang perlu kita lakukan adalah berusaha memenutupi kelemahan orang lain. dan sebaiknya kita tidak mengubah sikap kepadanya.
Islam mengajarkan, jika menutupi kelemahan saudara kita, maka Allah akan menutupi kelemahan kita.
Ini latihan yang sangat penting dan sangat berat,tetapi bukan sesuatu yang mustahil untuk dicapai. Sikap ridho/penerimaan yang ikhlas atas kelemahan orang lain adalah satu kemuliaan. Rasulullah SAW yang mulia, dikelilingi orang para sahabat dengan segala kelebihan dan kelemahannya. Dengan penerimaan dan pembinaan yang sangat baik maka para sahabat menjadi orang-orang yang mulia. Mereka mulia di hadapan manusia karena terbukti menjadi pemimpin-pemimpin yang terpercaya. Dan juga punya kedudukan di hadapan Allah karena mereka adalah hamba-hamba yang taat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar